Kisah Pohon Kurma Menangis Merindukan Rasulullah SAW adalah salah satu peristiwa yang menggetarkan hati para sahabat. Di dalam Masjid Nabi, pohon kurma itu memiliki peran yang tak tergantikan dalam perjalanan dakwah. Hari demi hari, ia menjadi saksi ketika Rasulullah SAW menyampaikan khutbah, menyandarkannya dengan penuh kelembutan dan hikmah.
Namun, suatu hari keadaan berubah. Sebuah mimbar baru dibuat untuk memudahkan Rasulullah SAW dalam menyampaikan khutbah. Para sahabat merasa itu adalah inovasi yang bermanfaat, tetapi mereka tidak menyangka ada sesuatu yang akan terjadi. Sesuatu yang membuat hati mereka tersentuh dan semakin meneguhkan kecintaan mereka kepada Nabi.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan pohon kurma itu? Mengapa peristiwa ini begitu dikenang dalam sejarah Islam? Simak kisah lengkapnya dan hikmah di balik kejadian mengharukan ini!
Kisah Pohon Kurma Menangis Merindukan Rasullah SAW
Ketika pertama kali Rasulullah SAW tiba di Madinah, penduduk Muslim menyambut beliau dengan penuh suka cita. Mereka berduyun-duyun bergotong royong membangun masjid yang juga berfungsi sebagai tempat tinggal Rasulullah SAW di lingkungannya.
Selama proses pembangunan, Rasulullah SAW tinggal sementara di rumah Abu Ayyub al-Ansari. Setelah masjid dan rumah beliau selesai dibangun, Rasulullah pun pindah dan mulai mengimami salat fardu bersama para sahabatnya.
Saat salat, Rasulullah sering kali berpegangan pada sebatang pohon kurma yang ada di dalam masjid untuk menopang tubuhnya. Begitu pula saat menyampaikan khutbah, beliau kerap bersandar pada pohon tersebut sambil menyampaikan dakwahnya.

Kota Madinah yang dipenuhi pohon kurma membuat keberadaan batang pohon di dalam masjid menjadi hal yang lumrah.
Suatu hari, seorang sahabat mengusulkan untuk membuatkan mimbar bagi Rasulullah SAW agar dia lebih nyaman dalam menyampaikan khutbah.
Rasulullah menyetujui usulan tersebut, dan akhirnya sebuah mimbar pun dibangun dan ditempatkan di masjid. Ketika mimbar itu telah berdiri kokoh, Rasulullah mulai menggunakannya dalam khutbahnya. Namun, saat dia melangkah melewati batang pohon kurma yang biasa menemaninya, sesuatu yang tak terduga terjadi.
Batang pohon itu menangis dengan suara yang terdengar jelas oleh para sahabat. Tangisannya memilukan, menyerupai rintihan unta betina yang kehilangan anaknya. Pohon itu merintih penuh kerinduan, seolah tak rela berpisah dengan Rasulullah SAW.
Melihat kejadian itu, Rasulullah SAW segera turun dari mimbar dan menghampiri batang pohon yang menangis tersebut. Dengan penuh kasih sayang, beliau mengelusnya layaknya seorang ibu yang menenangkan anaknya.
Perlahan-lahan, tangisan pohon itu mereda setelah mendapatkan belaian dari Rasulullah SAW. Setelahnya, beliau kembali ke mimbar dan melanjutkan khutbahnya. Kisah ini begitu menyentuh hati, hingga Hasan bin Ali RA pun sering kali menangis setiap kali mengisahkannya.
Jika sebatang pohon saja bisa merasakan rindu kepada Rasulullah SAW, sudah sepatutnya kita sebagai umatnya juga merasakan kerinduan yang mendalam kepada beliau.