kisah nabi nuh asilustrasi orang mulia (netizenia.com)

Netizenia.com- Nabi Nuh AS merupakan salah satu dari lima nabi yang diuji oleh Allah SWT dengan ujian berat, sehingga memiliki kesabaran yang luar biasa. Berikut ini kisah Nabi Nuh AS ketika diangkat menjadi seorang nabi.

Dilansir buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, bahwa nama lengkap Nabi Nuh AS adalah Nuh bin Lamik bin Matwasyalakh bin Khanukh (Idris) bin Yarad bin Mahlayil bin Qanin bin Anwasy bin Syits bin Adam (Bapak Manusia).  Beliau lahir 126 tahun setelah wafatnya Nabi Adam AS.

Sebagaimana para nabi lainnya, Nabi Nuh AS juga mendapatkan wahyu pertamanya ketika bertemu Jibril. Inilah kisah Nabi Nuh AS saat mendapatkan wahyu pertama, dan memulai dakwahnya.

Kisah Nabi Nuh AS saat Menerima Wahyu Pertama

Dilansir buku Kisah Nabi Nuh ‘Alaihissalam oleh Abu Haafizh Abdurrahman, bahwa Nabi Nuh AS adalah cucu Nabi Idris AS yang dikenal sebagai anak laki-laki yang shaleh, karena dari banyaknya kemungkaran yang dilakukan kaumnya, Nabi Nuh tetap mempertahankan ajaran-ajaran yang diwariskan oleh para nabi sebelumnya.

Nabi Nuh AS sangat berkeinginan untuk mengajak kaumnya agar kembali ke jalan yang benar yakni menyembah Allah SWT satu-satunya Tuhan yang Maha Esa. Akhirnya, pada suatu hari, Malaikat Jibril untuk pertama kalinya menghampiri Nabi Nuh AS.

Kemudian, pertemuan ini dimaksudkan agar malaikat Jibril mengabarkan kepada nabi Nuh AS, bahwa Allah SWT menunjukkannya sebagai seorang nabi yang akan diajarkan mengenai ilmu agama.

Setelah menyadari tugas dan tanggung jawabnya sebagai utusan Allah SWT, Nabi Nuh AS segera menyebarkannya, meskipun pada saat itu beliau hanya masih berani berdakwah secara sembunyi-sembunyi.

Dakwahnya dimulai dari orang-orang yang dikenalnya untuk memeluk agama Allah SWT. Nabi Nuh AS terus melaksanakan dakwahnya sepanjang siang dan malam, namun usahanya belum membuahkan hasil.

Banyak dari mereka yang tertawa akan pengajaran yang dilakukan oleh Nabi Nuh AS, bahkan mereka menganggap Nabi Nuh mengalami gangguan jiwa, mereka semua tidak peduli sama sekali, dan peringatan Nabi Nuh dianggap seperti angin yang berlalu, karena beliau sedang mengigau.

Meskipun diabaikan, Nabi Nuh AS tidak pernah menyerah, beliau tidak pernah berhenti berdakwah, hingga Allah SWT turunkan azab kepada kaum Nabi Nuh AS berupa banjir besar yang menenggelamkan semua yang mengabaikan peringatan-Nya.

Mukjizat Nabi Nuh AS

mukjizat nabi nuh as adalah
ilustrasi bahtera dalam banjir besar (netizenia.com

Sebagai utusan, Nabi Nuh sama seperti pada nabi lainnya memiliki mukjizat untuk membuktikan kebenaran dan keesaan Allah SWT. Salah satu mukjizat Nabi Nuh yang terkenal adalah perintah untuk membuat bahtera di atas gunung, dan berita akan datangnya banjir bandang.

Semua ini bermula ketika Nabi Nuh AS telah lama dan konsisten dalam menyebarkan ajaran agama Allah SWT, tetapi perkembangan pengikutnya sangat sedikit sekali. Lantas Allah SWT menurunkan perintah kepada Nabi Nuh supaya membangun bahtera atau kapal.

Karena perintah yang secara logika tampak tidak biasa, banyak orang mencemooh dan menghina Nabi Nuh AS. Mereka mengukur bagaimana mungkin seseorang yang mengaku sebagai nabi dan rasul tiba-tiba menjadi tukang kayu dan pembuat kapal.

Mereka juga menggambarkan letak kapal yang jauh dari udara, serta melihat cara Nabi Nuh memindahkannya, baik dengan menariknya menggunakan kerbau atau mengandalkan angin.

Berbagai sambutan dan hinaan terus disampaikan oleh kaum kafir, namun Nabi Nuh AS beserta para pengikutnya yang beriman tetap bersabar dan hanya tersenyum menanggapinya.

Nabi Nuh AS menegaskan bahwa mereka boleh saja mengejek dan mengolok-olok dirinya saat itu, tetapi akan tiba saatnya ia dan pengikutnya yang beriman justru akan mengejek mereka.

Ia menegaskan bahwa pada waktunya nanti, kaum kafir akan memahami tujuan pembuatan kapal tersebut dan menyaksikan sendiri azab serta hukuman dari Allah SWT.

Ucapan Nabi Nuh AS bukanlah bentuk balas dendam, sebab seorang nabi Allah tidak mungkin memiliki niat demikian. Sebaliknya, kata-katanya bertujuan untuk menghibur umatnya yang beriman serta membela mereka dengan menjelaskan bahwa kelak kaum kafir akan menyadari kesalahan mereka dan menerima hukuman dari Allah SWT. Ini merupakan bentuk pembelaan seorang nabi kepada umatnya.

Setelah kapal selesai dibuat, Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh AS untuk bersiap. Allah menegaskan bahwa ketika tanda-tanda perintah-Nya muncul, Nabi Nuh harus segera mengangkut umatnya yang beriman serta membawa dua pasang dari setiap jenis makhluk hidup yang ada di bumi, lalu berlayar dengan izin-Nya.

Tak lama setelah wahyu tersebut turun, banjir bandang melanda, menutupi seluruh daratan. Tak ada tempat yang aman, bahkan puncak gunung tertinggi sekalipun. Satu-satunya tempat perlindungan hanyalah kapal besar yang dibuat oleh Nabi Nuh AS. Gelombang besar menghanyutkan semua orang kafir, sementara kapal Nabi Nuh tetap melaju di atas udara.

Di tengah bencana tersebut, Nabi Nuh AS melihat putranya, Kan’an, berusaha menyelamatkan diri. Meskipun Kan’an adalah darah dagingnya, ia telah menjadi anak yang durhaka dan tidak beriman kepada Allah. Saat melihat anak-anak berjuang melawan gelombang, hati Nabi Nuh AS tergerak, dan ia dengan penuh harapan mengajak anak-anak untuk bersatu bersama keluarga dan bertaubat kepada Allah agar selamat dari maut.

Namun, Kan’an yang hatinya telah puas menolak ajakan tersebut. Ia dengan angkuh menyatakan bahwa ia akan menyelamatkan dirinya sendiri dengan perlindungan di atas bukit yang diyakininya tidak akan terjangkau oleh air bah.

Nabi Nuh AS berusaha meyakinkan bahwa satu-satunya tempat perlindungan adalah di atas kapal bersama orang-orang beriman, karena tak ada yang dapat selamat dari hukuman Allah kecuali mereka mendapat rahmat dan ampunan-Nya.

Namun, keangkuhan dan kesesatan tetap menguasai hati Kan’an hingga akhirnya ia tenggelam dalam keadaan kafir. Sebagai seorang ayah, Nabi Nuh AS merasa sedih dan menyesalinya. Ia mengadu kepada Allah SWT, menyatakan bahwa Kan’an adalah bagian dari keluarganya dan mengingatkan janji Allah yang pasti benar.

Allah SWT menjelaskan bahwa Kan’an bukan lagi bagian dari keluarga Nabi Nuh AS karena ia telah menyimpang dari ajaran nabi, melanggar perintah, menolak dakwah, serta mengikuti kaum kafir.

Allah memerintahkan agar Nabi Nuh AS tidak lagi menganggap Kan’an sebagai keluarganya, sebab hanya mereka yang beriman dan mengikuti ajaran-Nya yang berhak memperoleh perlindungan.

Allah juga memperingatkan Nabi Nuh AS agar tidak mengintip sesuatu yang tidak diketahuinya dan mengingatkan agar tidak termasuk dalam golongan orang-orang bodoh.

Mendengar penjelasan dari Allah, Nabi Nuh AS menyadari kekhilafannya. Ia segera memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan serta memohon ampun atas kelalaiannya yang telah menanyakan sesuatu yang tidak ia ketahui.

Ia pun berdoa agar jika pernah melakukan kesalahan yang melampaui batas, Allah berkenan mengampuninya dan tidak menjadikan bagian dari orang-orang yang bodoh.

Baca juga: Kisah Nabi Idris AS Melihat Surga dan Neraka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *