All posts by nusinfoindonesia@gmail.com

6 Manfaat Resiliensi: Seni Mengatasi Kesulitan Hidup

manfaat resiliensi
manfaat resiliensi versi netizenia.com
manfaat resiliensi. Sumber: netizenia.com

Netizeniacom – Menyadari manfaat resiliensi bisa mengubah cara kita menghadapi perubahan dan kesulitan. Dengan resiliensi, kita tidak hanya bertahan, tapi juga mampu melihat peluang di balik setiap krisis.

Pengertian Resiliensi

Menurut buku Resiliensi; Kemampuan Bertahan dalam Tekanan, dan Bangkit dari Keterpurukan. Karya Eem Munawaroh, M.Pd, dkk, pengertian resiliensi adalah konsep yang berfokus pada bagaimana individu dan kelompok dapat bangkit dari tekanan, trauma, dan risiko kehidupan.

Dalam konteks psikologi, resiliensi mengacu pada kemampuan untuk pulih dari perubahan, kesulitan, atau kemalangan, dan kembali ke keadaan semula, baik secara fisik maupun mental. Istilah ini berasal dari kata Latin “resilire” yang berarti melambung kembali.

Seiring waktu, resiliensi telah menjadi topik penelitian yang signifikan.

Penelitian awal oleh Garmezy dan Werner mengungkap bahwa meskipun sebagian besar anak yang tumbuh dalam lingkungan buruk menunjukkan perilaku destruktif, ada sebagian kecil yang tetap berkembang secara positif, mereka disebut sebagai anak-anak yang resilien.

Studi selanjutnya menunjukkan bahwa resiliensi bukan sekadar tentang bertahan, tetapi juga tentang berkembang di tengah kesulitan.

Pada dasarnya, resiliensi adalah proses dinamis di mana individu menunjukkan keberfungsian adaptif ketika menghadapi adversitas yang signifikan.

Hal ini mencakup kemampuan individu untuk tetap kompeten meskipun berada dalam situasi yang penuh tekanan.

Menurut beberapa ahli, resiliensi melibatkan respon kognitif, emosional, dan perilaku yang fleksibel terhadap kesulitan, dan respon ini bisa dipelajari serta dikembangkan.

Dalam konteks sosial, resiliensi tidak hanya berlaku pada individu, tetapi juga pada kelompok dan komunitas.

Ini adalah kapasitas universal yang memungkinkan seseorang, kelompok, atau komunitas untuk mencegah, meminimalkan, atau mengatasi dampak merugikan dari situasi sulit.

Resiliensi sosial melibatkan interaksi antara faktor individu dan lingkungan yang mendukung, dan ini dapat dipromosikan melalui sikap yang positif terhadap adversitas.

Secara keseluruhan, resiliensi adalah kemampuan untuk tetap berfungsi secara positif dan adaptif dalam menghadapi tantangan dan perubahan.

Resiliensi tidak selalu mengarah pada hasil yang positif, namun menjadi indikator penting dalam bagaimana seseorang atau suatu kelompok mampu menghadapi dan mengatasi tekanan hidup.

Pentingnya Resiliensi

Bidan Inspiratif Untuk Negeri Inovasi REKIS (Resiliensi Komunitas Ibu dengan Anak Stunting) karya Niken Bayu Argaheni, SST, Bdn., dkk, bahwa resiliensi memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari kesehatan mental hingga kebahagiaan secara keseluruhan.

Berikut ini alasan kenapa resiliensi menjadi begitu penting untuk dipelajari.

Resiliensi Meningkatkan Kesehatan Mental

Dalam konteks kesehatan mental, resiliensi membantu individu mengatasi stres dan tekanan hidup, yang pada akhirnya mengurangi risiko depresi dan kecemasan. Dengan kemampuan ini, seseorang dapat menjaga keseimbangan emosional, meski menghadapi berbagai tantangan.

Resiliensi Meningkatkan Kepercayaan, Mengatasi Perubahan, dan Ketidak Pastian

Selain itu, resiliensi berkontribusi signifikan terhadap peningkatan kepercayaan diri. Orang yang mampu bangkit dari kegagalan atau kesulitan lebih cenderung merasa percaya diri dan siap menghadapi tantangan berikutnya.

Ini juga berkaitan erat dengan kemampuan untuk berinovasi dan berpikir kreatif, di mana fleksibilitas dan adaptabilitas yang tinggi mendorong individu untuk menemukan solusi baru dalam situasi yang berubah.

Resiliensi Berdampak Positif untuk Hubungan Sosial

Resiliensi juga memiliki dampak positif pada hubungan sosial. Individu yang resiliensi lebih baik dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat, karena mereka lebih mampu mengatasi konflik dan mengelola kesulitan dalam hubungan interpersonal.

Dukungan sosial yang kuat, yang terbentuk dari kemampuan ini, semakin memperkuat resiliensi seseorang.

Resiliensi Meningkatkan Kinerja dan Produktivitas

Produktivitas dan kinerja juga ditingkatkan oleh resiliensi. Mereka yang dapat pulih dengan cepat dari kesulitan lebih efektif dalam mencapai tujuan, karena energi dan fokus mereka terarah pada pencapaian dan bukan pada hambatan yang mungkin terjadi.

Resiliensi Meningkatkan Kebagaiaan dan Kualitas Hidup

Akhirnya, resiliensi berkontribusi pada kebahagiaan dan kualitas hidup. Individu yang resiliensi lebih puas dengan hidup mereka, karena mereka lebih mampu mengatasi masalah yang muncul dan menjalani hidup dengan optimisme.

Mereka siap menghadapi masa depan dengan keyakinan, dan ini membawa perasaan bahagia yang lebih mendalam serta kualitas hidup yang lebih baik secara keseluruhan.

Manfaat Resiliensi

Resiliensi merupakan kunci penting dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang, terutama saat menghadapi tantangan dan kesulitan. Berikut adalah beberapa cara bagaimana resiliensi dapat membantu:

1. Manfaat Resiliensi untuk Membangun Ketahanan Mental dan Fisik

Resiliensi memperkuat kemampuan seseorang untuk bertahan dalam situasi sulit. Ketika tekanan dan stres menghampiri, individu yang resiliensi mampu menjaga kekuatan mental dan fisiknya, sehingga tidak mudah menyerah atau terpuruk.

2. Manfaat Resiliensi untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri

Dengan resiliensi, seseorang memiliki keyakinan yang lebih besar pada kemampuannya untuk mengatasi masalah. Ini meningkatkan rasa percaya diri, memungkinkan mereka untuk lebih berani dalam mengambil risiko dan mengejar tujuan.

3. Manfaat Resiliensi untuk Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Resiliensi mendorong kreativitas dalam menghadapi masalah. Individu yang resiliensi tidak hanya mengandalkan solusi yang sudah ada, tetapi juga mencari cara-cara baru untuk mengatasi tantangan yang dihadapi.

4. Manfaat Resiliensi untuk Beradaptasi dengan Perubahan

Dalam kehidupan, perubahan sering kali tidak bisa dihindari. Resiliensi membantu seseorang untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut dan melihatnya sebagai peluang untuk berkembang, bukan sebagai hambatan.

5. Manfaat Resiliensi untuk Membangun Hubungan yang Sehat

Resiliensi memungkinkan seseorang menjadi sumber dukungan bagi orang lain. Mereka yang resiliensi tidak hanya mengatasi masalah mereka sendiri, tetapi juga membantu orang lain untuk mengatasi kesulitan mereka, yang pada gilirannya memperkuat hubungan sosial.

6. Manfaat Resiliensi Mendapatkan Rasa Syukur dan Kedamaian Batin

Menghadapi kesulitan dengan resiliensi mengajarkan seseorang untuk bersyukur atas hal-hal positif dalam hidup mereka. Rasa syukur ini membawa kedamaian batin yang mendalam, meskipun berada di tengah situasi sulit.

Dengan memiliki resiliensi yang kuat, seseorang tidak hanya mampu bertahan menghadapi tantangan, tetapi juga berkembang menjadi individu yang lebih kuat, lebih percaya diri, dan lebih bahagia.

4 Gejala PTSD yang Harus Diketahui

gejala ptsd
gejala ptsd post traumatic stress disorder adalah gangguan psikologis
gejala ptsd (post traumatic stress disorder). Sumber: netizenia.com

Gejala PTSD sering kali muncul dalam bentuk kilas balik yang menyakitkan dan mimpi buruk berulang. Hal ini dapat mengganggu kualitas tidur serta menyebabkan perasaan cemas yang terus-menerus.

Banyak individu mengalami gejala PTSD seperti perasaan takut yang intens dan kesulitan berkonsentrasi setelah mengalami trauma. Gejala ini sering kali diperparah oleh reaksi fisik seperti detak jantung yang cepat dan keringat berlebihan.

Seseorang mungkin menghindari tempat atau situasi tertentu sebagai bagian dari gejala PTSD. Penghindaran ini dapat memperburuk isolasi sosial dan menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Berikut ini pembahasan gejala PTSD lengkap dengan pengertian dan penanganannya.

Pengertian PTSD

Menurut buku Manajemen Penanganan Post Traumatik Stress Disorder (PTSD) Berdasarkan Konsep Dan Penelitian Terkini karya NS. Retna Tri Astuti, M. Kep, bahwa Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah gangguan psikologis yang muncul akibat pengalaman traumatis yang sangat mengganggu integritas diri seseorang.

Peristiwa traumatis seperti kecelakaan, perang, atau kekerasan mendadak dapat menyebabkan ketakutan dan trauma mendalam yang sulit dilupakan.

Menurut American Psychological Association (APA), PTSD dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang, meninggalkan bekas psikologis yang signifikan.

Trauma yang memicu PTSD bisa berasal dari berbagai sumber, mulai dari bencana alam hingga kekerasan fisik.

Hodgkins menekankan bahwa PTSD tidak hanya terkait dengan peristiwa ekstrem, tetapi juga dapat dipicu oleh musibah yang berlangsung cepat dan mengejutkan, seperti penyakit terminal atau kecelakaan.

 Setelah mengalami peristiwa semacam ini, individu mungkin menghadapi gejala seperti pikiran menakutkan yang berulang, kesulitan tidur, dan perasaan terlepas dari kenyataan, yang semuanya menjadi ciri khas PTSD menurut National Institute of Mental Health.

PTSD tidak selalu segera terlihat setelah peristiwa traumatis terjadi. Faktor-faktor seperti kondisi sosiodemografi, jenis bencana, dukungan sosial, dan pengalaman kehilangan dapat mempengaruhi seberapa cepat atau parahnya PTSD berkembang.

Gejala PTSD bisa muncul secara bertahap dan sering kali memerlukan waktu sebelum menjadi nyata, sehingga pemahaman dan penanganan yang tepat sangat penting untuk membantu individu yang terkena dampaknya.

Gejala PTSD

Menurut buku Manajemen Penanganan Post Traumatik Stress Disorder (PTSD) Berdasarkan Konsep Dan Penelitian Terkini karya NS. Retna Tri Astuti, M. Kep, bahwa gejala PTSD dapat dibagi menjadi empat poin utama:

Gejala PTSD 1 Re-Experiencing Symptoms

Individu mengalami ingatan yang berulang tentang kejadian traumatis, seperti pikiran mengganggu, mimpi buruk, dan flashback, yang membuatnya merasa seolah-olah peristiwa tersebut terjadi kembali. Reaksi fisik dan psikologis yang berlebihan juga dapat terjadi ketika terpapar oleh kenangan traumatis.

Gejala PTSD 2 Avoidance Symptoms

Orang dengan PTSD cenderung menghindari segala sesuatu yang dapat memicu ingatan tentang trauma, seperti perasaan, pikiran, tempat, orang, atau situasi tertentu yang berkaitan dengan kejadian traumatis tersebut.

Gejala PTSD 3 Negative Alterations Symptoms

Setelah mengalami trauma, individu mungkin mengalami perubahan negatif dalam pikiran dan perasaan, seperti kesulitan mengingat detail penting dari kejadian traumatis, munculnya pikiran negatif tentang diri sendiri atau lingkungan, perasaan terisolasi, dan penurunan minat terhadap aktivitas yang sebelumnya dinikmati.

Gejala PTSD 4 Hyperarousal Symptoms

Ini melibatkan peningkatan berlebihan dalam reaktivitas fisiologis, seperti iritabilitas, kesulitan tidur, kesulitan berkonsentrasi, kewaspadaan yang berlebihan, dan perilaku yang berisiko.

Penyebab PTSD

Menurut buku Buku Ajar Keperawatan Jiwa I karya Dr. Muhammad Fatkhul Mubin, SKp., M.Kep., Sp.Kep.J. dkk, dijabarkan penyebab PTSD yang dialami oleh seseorang bisa dari berbagai faktor, diantaranya adalah.

Penyebab PTSD melibatkan berbagai faktor yang saling terkait, termasuk psikologis, genetik, fisik, dan sosial. Gangguan ini terjadi ketika respons tubuh terhadap stres berubah, memengaruhi hormon stres dan neurotransmiter.

Orang dengan pengalaman traumatis masa kecil atau trauma berat cenderung lebih rentan mengembangkan PTSD.

Risiko ini juga meningkat pada mereka yang memiliki sifat temperamental, seperti kecenderungan perilaku eksternalisasi atau masalah kecemasan.

Faktor lingkungan seperti disfungsi keluarga, kesulitan masa kecil, budaya, dan riwayat penyakit kejiwaan dalam keluarga turut memperbesar kemungkinan terjadinya PTSD.

Trauma yang memicu PTSD bisa beragam, termasuk kecelakaan serius, kekerasan seksual, penyakit berat, atau pengalaman melahirkan.

Tidak semua orang yang mengalami trauma akan mengembangkan PTSD, namun risiko meningkat seiring dengan beratnya trauma dan kurangnya dukungan sosial atau mekanisme koping yang tidak memadai.

Beberapa faktor seperti resiliensi, dukungan sosial, dan kemampuan mengelola stres secara efektif dapat mengurangi risiko PTSD.

Penting untuk diingat bahwa PTSD tidak selalu muncul segera setelah trauma, tetapi dapat berkembang berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun kemudian.

Pada remaja, risiko mengembangkan PTSD lebih tinggi dibandingkan anak-anak atau orang dewasa, terutama jika mereka mengalami trauma berulang atau jenis trauma tertentu.

Remaja dengan PTSD lebih rentan terhadap bunuh diri, penyalahgunaan zat, masalah akademik, dan kesehatan fisik yang buruk. Terapi CBT yang berfokus pada trauma telah terbukti bermanfaat dalam mengatasi PTSD pada remaja, serta kondisi komorbiditas lainnya.

PTSD juga dapat mengganggu proses pematangan biologis, yang berkontribusi pada masalah emosional dan perilaku jangka panjang, menekankan pentingnya terapi berkelanjutan atau episodik.

10 Cara Meningkatkan Kesehatan Mental

10 cara meningkatkan kesehatan mental
berikut ini 10 cara meningkatkan kesehatan mental dari netizenia.com
10 cara meningkatkan kesehatan mental. Sumber: netizenia.com

Netizeniacom – Meningkatkan kesehatan mental memerlukan pendekatan yang holistik dan terarah. Dengan menerapkan 10 cara meningkatkan kesehatan mental, Anda dapat menciptakan fondasi yang kuat untuk kesejahteraan emosional dan psikologis.

10 cara meningkatkan kesehatan mental ini dirancang untuk memberikan manfaat jangka panjang, termasuk peningkatan kualitas tidur, pengelolaan stres yang lebih baik, dan hubungan sosial yang lebih kuat.

Penting untuk memahami bahwa kesehatan mental adalah bagian integral dari kesejahteraan umum. Melalui 10 cara meningkatkan kesehatan mental, Anda tidak hanya memperbaiki kondisi psikologis Anda, tetapi juga memperkuat kesehatan fisik dan emosional.

 Berikut adalah sepuluh cara yang dapat membantu Anda meningkatkan kesehatan mental secara signifikan:

10 Cara Menigkatkan Kesehatan Mental

1. Konsumsi Makanan Terbaik

Makanan yang Anda konsumsi berperan besar dalam kesehatan mental. Makanan yang kaya akan nutrisi seperti vitamin, mineral, dan antioksidan penting untuk fungsi otak. Masukkan sayuran hijau, ikan berlemak, kacang-kacangan, dan buah beri ke dalam diet Anda untuk meningkatkan fungsi kognitif dan menjaga stabilitas suasana hati.

2. Tingkatkan Waktu Istirahat

Tidur berkualitas sangat penting untuk kejernihan mental dan stabilitas emosional. Usahakan untuk tidur selama 7-8 jam setiap malam untuk memungkinkan otak Anda melakukan perbaikan dan pemulihan. Cobalah rutinitas sebelum tidur yang mencakup mengurangi penggunaan layar dan praktik relaksasi.

3. Perbanyak Aktivitas

Tetap aktif sepanjang hari membantu menjaga pikiran tetap tajam. Baik itu melalui hobi, pekerjaan, atau interaksi sosial, melakukan aktivitas yang Anda nikmati dapat mengurangi stres dan meningkatkan pandangan mental secara keseluruhan.

4. Olahraga Teratur

Olahraga adalah antidepresan alami. Aktivitas fisik secara teratur melepaskan endorfin, yaitu bahan kimia di otak yang bertindak sebagai pereda nyeri alami dan meningkatkan suasana hati. Usahakan untuk berolahraga setidaknya 30 menit dengan intensitas sedang pada sebagian besar hari dalam seminggu.

5. Menjaga Hubungan yang Baik

Hubungan yang kuat dan positif adalah pondasi kesehatan mental. Baik itu keluarga, teman, atau rekan kerja, menjaga hubungan yang sehat memberikan dukungan emosional, mengurangi stres, dan meningkatkan perasaan memiliki.

6. Ibadah Teratur

Praktik spiritual, seperti doa atau meditasi, dapat memberikan manfaat besar bagi kesehatan mental. Ibadah yang teratur membantu menciptakan rasa tujuan hidup, memberikan ketenangan, dan mengurangi kecemasan.

7. Memiliki Hewan Peliharaan

Hewan peliharaan tidak hanya teman setia tetapi juga bisa menjadi sumber kebahagiaan dan kenyamanan. Interaksi dengan hewan peliharaan terbukti dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi stres, dan meningkatkan kesejahteraan mental.

8. Banyak Memberi atau Sedekah

Memberi kepada orang lain, baik dalam bentuk waktu, energi, atau materi, memiliki dampak positif yang besar pada kesehatan mental. Tindakan kebaikan meningkatkan perasaan bahagia, mengurangi stres, dan memperkuat hubungan sosial.

9. Manfaatkan Teknologi dan Tetap Berhubungan

Di era digital ini, teknologi dapat digunakan untuk tetap terhubung dengan orang-orang terkasih, bahkan saat jarak memisahkan. Gunakan platform komunikasi online untuk menjaga hubungan dan mengurangi rasa kesepian.

10. Perhatikan Kesehatan Secara Keseluruhan

Kesehatan mental dan fisik saling berhubungan erat. Pastikan Anda merawat tubuh dengan pola makan seimbang, istirahat cukup, dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Kesehatan fisik yang baik akan mendukung kesehatan mental yang lebih optimal.

Macam-Macam Kesehatan Mental

Menurut buku Kesehatan Mental karya Latipun. Berikut adalah beberapa pengertian penting yang menjelaskan kesehatan mental:

1. Sehat Mental Karena Tidak Mengalami Gangguan Mental

Pendekatan klasik dari para klinisi menekankan bahwa kesehatan mental berarti bebas dari gangguan jiwa, seperti neurosis dan psikosis. Seseorang dianggap sehat mentalnya jika tidak menunjukkan tanda-tanda gangguan psikis, sebagaimana yang diungkapkan oleh Vaillant dan Kazdin, yang menyatakan bahwa kesehatan mental adalah “ketiadaan patologi psikologis.”

2. Sehat Mental Jika Tidak Sakit Akibat Adanya Stressor

Menurut Clausen, seseorang yang sehat mental adalah yang mampu menahan diri untuk tidak jatuh sakit meskipun menghadapi stressor. Pengertian ini menitikberatkan pada kemampuan individu untuk merespon tekanan dari lingkungan tanpa mengalami gangguan kesehatan mental.

3. Sehat Mental Jika Sejalan dengan Kapasitasnya dan Selaras dengan Lingkungannya

Michael dan Kirk Patrick memandang bahwa kesehatan mental mencakup kemampuan individu untuk berfungsi secara optimal dalam lingkungannya. Seseorang dianggap sehat jika ia mampu hidup sesuai dengan kapasitasnya sendiri dan selaras dengan lingkungan sosialnya.

4. Sehat Mental Karena Tumbuh dan Berkembang Secara Positif

Frank L.K. menawarkan definisi yang lebih komprehensif, yang melihat kesehatan mental sebagai proses pertumbuhan yang terus menerus. Seseorang yang sehat mentalnya adalah yang terus berkembang, menerima tanggung jawab, dan menemukan penyesuaian yang positif dalam hidupnya.