Kisah Nabi Syuaib AS Berdakwah Kepada Kaum Madyanilustrasi orang beriman (netizenia.com)

Netizenia.com- Kisah Nabi Syuaib AS yang diperintahkan Allah SWT untuk berdakwah kepada kaum Madyan dan kaum Ashabul Aikah. Mereka menyembah sebidang tanah yang ditumbuhi beberapa pohon di padang pasar yang diberi nama Aikah.

Dalam buku Nabi Syuaib AS : Memerang Kecurangan Dalam Timbangan karya Testirono dan Tim,  menyatakan bila Nabi Syuaib hidup sekitar tahun 1600 SM-1500 SM. Nama lengkapnya adalah Syuaib bin Mikil bin Yasir bin Madyan bin Ibrahim.

Para ulama menjuluki Nabi Syuaib AS sebagai ‘Khatibul Anbiya’  karena kefasihannya dalam bertutur kata. Di bawah ini kisah Nabi Syuaib saat berdakwah kepada kaum Madyan.

Dakwah Nabi Syuaib AS Kepada Kaum Madyan

Dilansir buku Kisah Teladan Menakjubkan 25 Nabi & Rasul tulisan  Lisdy Rahayu, Nabi Syuaib berusaha untuk berdakwah di tengah-tengah kaum Madyan yang telah melenceng jauh dari ajaran Allah SWT.

Berkali-kali Nabi Syuaib memperingatkan kaum Madyan bahwa Aikah hanyalah sebuah pohon belaka yang tidak layak mendapatkan rasa tunduk dan persembahan dari manusia. Beliau juga menegaskan hanya Allah SWT lah yang pantas mereka sembah.

Sayangnya kaum Madyan menolak ajakan Syuaib, mereka tetap mempertahankan keyakinanya karena itulah ajaran turun temurun dari nenek moyang yang mereka percaya. Sedangkan Nabi Syuaib merupakan orang baru di kota tersebut.

Penolakan itu tidak membuat Nabi Syuaib AS menyerah begitu saja, beliau tetap konsisten menyampaikan kebenaran, meskipun sedikit sekali kaum Madyan yang mau mendengarkannya.

Pada suatu hari, kaum Madyan merasa gusar mereka menantang Nabi Syuaib AS untuk meminta kepada Allah SWt agar menurunkan azab.

“Sudahlah Syuaib, kami bosan mendengar ocehanmu. Jika perkataan mu benar, maka suruh saja Tuhan mu mendatangkan azab kepada kami!” kata penduduk kaum Madyan.

Mendengar keangkuhan penduduk Madyan, Hati Nabi Syuaib merasa tersakiti, mereka seperti merendahkan Allah SWT, hingga Nabi Syuaib pun menjawabnya, “Kalau memang itu mau kalian, tunggu saja azab mu.”

Allah SWT menjawab tantangan kaum Madyan, serta memerintahkan Nabi Syuaib dan pengikutnya untuk pergi menjauh dari daerah tersebut. Maka setelah Nabi Syuaib dan pengikutnya pergi, azab yang dijanjikan pun datang.

Tiba-tiba saja cuaca menjadi sangat panas,  air yang ada dimanapun dalam kota tersebut menguap, akibatnya tanaman, tumbuhan mengering.

Lama- kelamaan manusia mulai merasakan dampaknya, ketika mereka haus, mereka tidak adakan menemukan air untuk memuaskan dahaga mereka.

Keadaan terburuknya mereka bisa meninggal karena kehausan. Meski dihadapkan pada kondisi kritis, kaum Madyan tetap saja mengingkari pesan yang disampaikan Nabi Syuaib AS. Hati mereka benar-benar telah keras, sehingga mengabaikan peringatan Allah SWT.

Beberapa waktu kemudian, seisi kota berubah diselimuti oleh awan yang amat gelap, kaum Madyan mengira kondisi tersebut merupakan mendung yang menandakan akan turun hujan.

Mereka mengira kesulitan yang dialami belakangan ini akan segera berakhir. Mereka pun ramai-ramai keluar rumah menyambut akan turunnya hujan. Namun, bukannya turun hujan malah yang turun aja semburan api panas yang  membakar semuanya.

Begitulah nasib akhir kaum Madyan yang membantah pesan Nabi Syuaib AS. Seluruh penduduk kota musnah tak tersisa.

Pelajaran dari Kisah Azab Kaum Madyan

Dalam buku Nabi Syuaib AS : Memerang Kecurangan Dalam Timbangan karya Testirono dan Tim, ada beberapa pelajaran yang dapat diambil dari kisah Nabi Syuaib AS dan azab yang dialami oleh kaum Madyan, diantaranya adalah.

1.      Keimanan dan Keteguhan Hati Nabi Syuaib AS

Kisah Nabi Syuaib AS mengandung banyak pelajaran berharga, salah satunya adalah keikhlasan beliau dalam berdakwah. Nabi Syu’aib AS menunjukkan keteguhan hati dan kesabaran luar biasa dalam menyampaikan kebenaran.

Keuletan beliau dalam membimbing kaumnya jalan yang benar-benar patut menjadi teladan bagi kita semua.

Dalam berdakwah, Nabi Syuaib AS tidak mengharapkan ketidakseimbangan berupa jabatan, kedudukan, atau harta. Beliau semata-mata menginginkan kebahagiaan bagi kaumnya, baik di dunia maupun di akhirat.

Keikhlasan ini diperlihatkan dalam cara beliau menghadapi berbagai tantangan, termasuk cemoohan dan hinaan dari kaum Madyan yang menolak ajarannya.

Meskipun demikian, Nabi Syu’aib AS tetap bersabar dan terus berdakwah dengan cara yang lembut, bertahap, serta penuh hikmah agar pesan yang disampaikannya lebih mudah diterima.

2.      Masyarakat Islam yang Sesungguhnya

Selain itu, dari kisah Nabi Syuaib AS, kita juga belajar pentingnya membangun masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai kekeluargaan, kejujuran, dan keadilan.

Dalam kehidupan bermasyarakat, tidak boleh ada kekecewaan, perasaan, atau ketidakadilan, karena hal tersebut hanya akan menimbulkan penderitaan.

Sebaliknya, kehidupan yang harmonis dapat tercipta jika masyarakat menjunjung tinggi sikap saling tolong-menolong, kejujuran, dan kebijaksanaan dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam pekerjaan, hubungan pribadi, maupun interaksi sosial.

Ketidakjujuran, keserakahan, dan tindakan merampas hak orang lain hanya akan membawa kehancuran dan penderitaan bagi semua pihak. Oleh karena itu, menjaga keadilan dan kebenaran adalah kunci untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi diri sendiri dan masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *